REPLEKSI SUPER 67
4 Mei 1947 - 4 Mei 2014
MENYIAPKAN MASA DEPAN PELAJAR ISLAM INSONESIA
A. Pendahuluan
Panca Citra
1. Adanya Satu Partai Politik Islam, ialah Masyumi
2. Adanya Satu Organisasi Pemuda Massa Islam, ialah GPII
3. Adanya Satu Organisasi
Pelajar Islam, ialah PII
4. Adanya Satu Organisasi Mahasiswa Islam, ialah HMI dan
5. Adanya Satu Pandu Islam, ialah Pandu Islam Indonesia (Hizbul
Wathan)
Panca citra ini menjadi ikatan moral yang sangat kuat dan
menjadi salah satu dasar pemersatu berbagai komponen umat Islam untuk bergerak
diberbagai lini pada tahun 1960an. Periode keemasan umat Islam yang sangat
menggemparan, komponen masyarakat Islam yang mampu menyatukan visi dalam sebuah
ranah kenegaraan. Kesamaan visi tersebut yang memberikan efek Indah dalam tataran
kesejahteraan masyarakat dan dakwah islam.
Selain pendirian PII yang dilatar belakangi oleh dualisme
pendidikan antara kaum pesantren dan sekolah umum yang saling mengejek dan
saling merendahkan. Yakni pelajar Pesanteren menganggap bahwa pelajar umum
adalah pelajar kafir sedangkan pelajar umum mengatakan bahwa pelajar pesantren
adalah kampungan/kolot. Juga dilatarbelakangi oleh Dua hal yaitu motivasi
Ke-Islaman dan Motivasi Kebangsaan. Motivasi hal tersiIslaman didasari oleh keprihatinan
terhadap keadaan umat Islam yang sedang merumuskan peranannya. Sehingga perlu
upaya untuk mengatasi hal tersebut diperlukan wadah yang dapat menyiapkan
kedar-kader umat sejak dini. Sementara itu motivasi kebangsaan muncul dari
keprihatinan para pendiri PII terhadap bangsa Indonesia yang baru saja terlepas
dari penjajahan yang berlangsung begitu lama. Bangsa Indonesia memerlukan wadah
yang dapat menjadi penjaga keutuhan sekaligus penyediaan kader-kader pengganti
para pimpinannya.
Perjalanan eksistensi PII dari tahun 1947 sampai saat ini adalah
rangkaian sejarah yang panjang yang dalam perjalanannya mengalami pasang surut.
Perjalanan PII dalam sebuah gerakan yang telah member sumbangsih yang tidak
sedikit bagi Bangsa Indonesia. sebagai sebuah organisasi pergerakan yang sudah
cukup tua - 67 tahun- PII mulai mengalami kemunduran. Bahkan hampir hilang
peran-peran nyatanya dikalangan pelajar yang merupakan bidang garap utamanya.
Perjalanan sejarah PII yang terdiri dari tiga dimensi waktu
yaitu masa lalu, hari ini dan masa yang akan datang. Dimensi Masa lalu member
isi apa yang terjadi pada hari ini. belajar masa bila dilihat dari nilai
positipnya kita memperoleh ibrah (pelajaran). Dimensi masa lalu yang berlebihan
tidak jarang membuat kita menjadi melankolis dan selalu mengenang kejayaan dan keberhasil
masa lalu (glorious in the past) sehingga kita kurang berbuat sesuatu karena menganggap
sudah cukup.
Dimensi hari ini. Dalam dimensi hari ini adalah realita yang
terjadi saat ini. Jiak tidak hati-hati bukan menjadi realistis tetapi
pragmatis. Apa yang kita lakukan hari ini akan menentukan apa yang akan kita
peroleh dimasa yang akan datang. Dalam dimensi hari ini menimbulkan sikap
prigmatisme yang sangat tinggi. Aji mumpung menjadi pegangan yang pada akhirnya
menghapuskan idealisme dan tujuan akhir kita. Kita harus jujur mengakui PII
hari ini adalah organisasi yang lemah baik secara gerakan maupun secara kaderisasi.
Dimensi masa depan member nilai positip berupa harapan dan
cita-cita yang ideal. Namun sisi negatip dimensi masa depan adalah otopis.
Seberapa besar harapan yang ingin kita capai pada masa yang akan datang
tersebut dapat tercapai akan sangat tergantung pada realita kita hari ini. PII
pada masa yang akan datang ditentukan oleh apa yang telah dilakukan oleh
pengurus PII mulai dari tingkat Pengurus Besar, Pengurus Wilayah, Pengurus
Derah, dan Pengurus Komisariat. Apakah PII dimasa yang akan datang akan berjaya
kembali seperti masa awal pembentukannya atau bubar ditelan zaman menjadi
sebuah kemungkinan yang sama besarnya.
Sejarah adalah merangkai dimensi masa lalu, dimensi saat ini,
dan dimensi yang akan datang untuk mengambil langkah-langkah yang realistis.
Sejarah PII akan ditentukan oleh ketiga dimensi tersebut. Namun perlu kita
menelaah perjalanan PII. Untuk memudahkan menganalisanya maka perjalanan PII
dibagi per dua puluh tahun.
B. PII dari Masa-kemasa
1. Dua pulu tahun pertama (tahun 1947-1967)
Masa ini adalah masa pertumbuhan PII. Sumbangsih pergerakan PII
terhadap perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia melalui Brigadenya
turut serta mengangkat senjata melawan Belanda. Pada masa ini semua organisasi
baik itu yang bersifat kepemudaan dan organisasi kemasyarakat berkembang. Hal
ini disebabkan proses demkratisasi yang sedang berjalan. Gairah politik begitu
besar sehingga memberi semangat yang luar biasa terhadap perkembangan PII.
Keinginan untuk memperjuangan negara berdasarkan Islam atau Politik Islam
menjadi sebuah kesadaran sebagian rakyat yang mendorong PII untuk terlibat
dalam dunia politik baik secara langsung maupun tidak langsung.
Pada masa ini sebenarnya subyek utama adalah Soekarno dan TNI
Angkatan Darat. Walaupun PII bukan subyek utama namun PII menjalin hubungan
yang erat dan mesra dengan TNI AD. Kondisi ini menguntungkan buat PII dan TNI
AD. Proses simbosis mutualisme antara PII dan Angkatan Darat berlangsung cukup
lama dan cukup siknifikan. Hal ini ditandai dengan bentuk penyelenggaraan
transmigrasi pemuda-pelajar penganggur ke Lampung pada tahun 1963. PII dan ABRI
juga melakukan kerja sama dalam bentuk Latihan Militer Brigade PII selama tahun
1963-1964.
Pada priode ini juga yang turut membesarkan PII adalah dorongan
eksternal yaitu ancaman komunisme. Kekuatan yang dianggap dapat mengalahkan
perkembangan komunisme adalah kekuatan Islam. Maka PII menjadi organisasi
pelajar yang menjadi musuh PKI yang merupakan partai politik yang beridiologi
komunis. Peristiwa besar yang menandai permusuhan antara PII dan PKI adalah
Peristiwa Kanigoro yang terkenal dengan dengan nama Kanigoro Affair. Peristiwa
kanigoro terjadi ketka 127 orang kader PII dari seluruh wilayah Jawa Timur
sedang mengikuti Mental Training di Desa Kanigoro, Kecamatan Keras, Kabupaten
Kediri pada 13 Januari 1965. Ribuan kader PKI dari Pemuda Rakyat dan Barisan
Tani Indonesia dikerahkan untuk melakukan penyerangan. PII ikut dalam berbagai
gerakan dan usaha untuk melawan gerakan komunis.
Selain itu PII ikut serta melahirkan Kesatuan Aksi Pemuda
Pelajar Indonesia (KAPPI) yang merupakan salah satu komponen yang melahirkan
Orde Baru. Pemimpin KAPPI umunya dipimpin oleh aktivis-aktivis PII bahkan Abdul
Qadir Djaelani menyatakan dengan sikap anti komunis dan Soekarno serta
pengalaman dan keberanian yang dimiliki oleh PII, maka PII tampil memimpin
KAPPI dengan semangat gemilang.
Ketika Masyumi dibubarkan melalui Keputusan Presiden No 200/1960
tanggal 17 Agustus 1960, beban PII semakin berat. PII kehilangan induk namun
membuat PII semakin bersemangat untuk memikul beban kaderisasi dan perjuangan
umat yang sebelumnya dipikul Masyumi. PII menjadi pewaris Masyumi karena
kader-keder PII memiliki kedekatan yang lebih dengan tokoh-tokoh dan pengurus
Masyumi.
2. Dua puluh tahun kedua (1967-1987)
Pada masa ini PII mungalami kemunduran. Setelah hiruk pikuk
politik politik pada masa sebelumnya PII kehilangan orientasi. Apakah tetap
dalam hiruk pikuk dunia politik atau kembali kedunia pelajar.
Munculnya Orde Baru yang turut dibidani oleh PII ternyata tidak
membuat kondisi PII lebih baik lagi. Bahkan pengaruhnya secara sistemtis
dipangkas dan dimandulkan peran PII sebagaimana pemandulan terhadap politik
Islam. Awal Mula Orde Baru diharapkan dapat merehabilitasi Masyumi namun
ditolak. Orde Baru hanya merestui pendirian Parmusi yang dipimpin oleh orang
yang direstui oleh Orde Baru. Hal ini tentunya sanagt mengecewakan PII.
Dalam lingkup kelembagaan PII terjadi perubahan strukrur
kepengurusan PII. Pada awalnya hirarki kepengurusan PII dimulai dari Jenjang Pengurus
Besar, Pengurus Wilayah, Pengurus Cabang, Pengurus Komisariat dan Pengurus
Ranting. Adany pengurus cabang berdasarkan pada jumlah tertentu dari komisariat
yang ada dan untuk sepbuah pengurusan komisariat berdasarkan jumlah ranting
yang ada. Hirarki ini berorientasi jumlah kader yang ada dan basis koder itu
sendiri. Namun pada akhirnya PII merubah struktur PII menjadi PB, PW, PD dan PK
yang sangat berpatokan pada hirarki birokrasi pemerintahan. Hal ini membuat PII
menjauhi dari basis PII.
Usaha lain yang dilakukan Orba untuk memangkas dan memandulkan
pengaaruh PII adalah mengkooptasi organisasi kepemudaan melalui KNPI pada 23
Juli 1973. KNPI dijadikan wanggal pemudah tunggal pemuda dan dimasukkan dalam
GBHN.
Peristiwa yang paling membuat terhambatnya gerak langkah PII
adalah pemberlakuan asas tunggal Pancasila sebagai terbitnya Undang-Undang No 8
Tahun 1985 tentang Keormasan. PII sebagai organisasi pelajar yang berasaskan
islam menentang berlakunya undang-undang ini. Sikap PB PII 1983-1986 terhadap
Rancangan Undang-Undang Keormasan yang dikeluarkan tanggal 25 Maret 1984 yaitu
pertama menolak setaip perangkat atuan atau hukum yang secara sengaja atau
tidak sengaja akan mengelaminasi atau mnecoret Islam secara tersirat atau
tersurat dari Anggaran dasar atau perangkat organisasi kemasyarakat terutama
yang bernafaskan Islam. Kedua, menolak segala perangkat aturan dan atau hukum
yang secara birokratis-administrasi akan membatasi hak-hak asasi manusia
terutama dalam mengembangkan nilai-nilai Islam. Ketiga, mengakui al-Islam
sebagai satu-satunya asas bagi organisasi-organisasi kemasyarakatan yang
bernafaskan Islam dalam melaksanakan kegiatan-kegiatannya.
3. Dua Puluh Tahun Ketiga (1987-2007)
Buntut dari penolakan PII terhadap asas tunggal Pancasila adalah
keluarnya Surat Keputusan Mendagri No 120 tahun 1987 yang isinya pertama,
organisasi PII tidak memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh undang-undang
oleh karena itu PII tidak diakui keberadaanya. Kedua, semua kegiatan yang
mengatas namankan PII dilarang.
Pada periode semakin tidak jelas arah gerakan PII. Status PII
sebagai organisasi terlarang memaksa PII menjadi organisasi yang tidak formal.
PII tidak bisa menentukan peran apa yang dapat dilakukan PII. Jumlah kader PII
semakin sedikit karena proses training tidak bisa dilakukan secara
terang-terangan dan terbuka. Keterbatasan ruang politik telah membuat PII tidak
mampu bermetafoar dalam ruang gerak perjuangan dan kaderisasi.
Periode ketiga ini terjadi dua masa yang penting dalam posisi
kesistensi PII. Masa pertama itu adalah tahun 1987-1997. Saa ini adalah
pelarangan PII secara tegas oleh Orde Baru Munculnya ICMI pada tahun 1995
membuat PII ditengah kegamangan apakah menerima asas tunggal atau tetap
menoknya. Trejadi proses tarik menarik yang membuat PII gamang.
Masa yang kedua adalah 1997-2007 dimana orde baru telah tumbang.
Setelah reformasi terjadi tahun 1998 pintu demokrasi terbuka dan semua larangan
yang berlaku sebelumnya dihapuskan. Seharusnya ini menjadi momen kebangkitan
PII namun PII tidak dapat melihat dan memanfaatkan momen ini. Organisasi islam
baru bermunculan begitu pula partai politik berdasarkan Islam tumbuh bak jamur
dimusim hujan. Tapi PII tetap tertinggal dan tidak mampu bangkit dari
keterbukaan.
4. Dua puluh tahun ke empat ? (2007-2027)
Demokratisasi sedang berjalan. Islam dan negara tidak lagi
menjadi sesuatu yang bertolak belakang. Tapi negara telah mengakomudir
kepentingan umat. Namun pertanyaan bagi kita bersama adalah apakah PII masih di
perlukan lagi kedepan?
Setiap kader PII dan KB PII mempunyai mimpi tentang bagaimana
PII kedepan. Kondisi PII kedepan diharapkan menjadi organisasi yang siknipikan,
memiliki jaringan yang luas dan kokoh, memiliki kader yang memiliki kesalehan
sosial dan indipidual, memiliki anggaran yang sustainable, menjadi organisasi
yang dapat member sumbangsi terhadap Kepemimpinan nasional.
C. Masa Depan PII
1. Modal Dasar PII
Untuk mewujudkan mimpi diatad ada modal sosial yang dimiliki
oleh PII yaitu Pertama, citra PII sebagai gerakan yang tetap istikomah dan
konsisten. Citra ini penting berkaitan dengan cara pandang organisasi Islam
lainnya terhadap gerak langkah PII. Umat Islam Indonesia masih yakin PII akan
tetap menjadikan Ijatul Islam sebagai landasan dantujuan pergerakannya.
Kedua, adalah Jaringan eksternal yang masih bisa dibangun lagi.
Ketiga, jaringan alumni yang menyebar. Jaringan KB PII yang telah menyebar
disegala bidang mulai dari jajaran eksekutif, legislative, dan yudikatif dan
pengusaha adalah modal besar untuk menjadikan kembali PII sebagai sebuah organisasi
pergerakan pelajar yang besar. Keempat, Pengalaman berstruktur dan system
lkaderisasi yang sudah matang. Dengan ini maka PII sudah matang dengan konsep
dan struktur tinggal bagaimana PII melakukan pembenahan untuk menjadi
organisasi yang besar.
2. Kelemahan PII
a. Romantisme masa lalu.
Kebesaran nama PII pada dua puluh tahun pertama menjadi beban
yang membuat PII sulit untuk keluar dari romantisme masa lalu. Kebanggaan akan
masa lalu menjadikan PII sebagai organisasi yang ekslusif.
b. Lambat merespon perubahan
Perubahan yang terjadi di masyarakat sekita tidak mampu untuk
diikuti oleh perubahan diri PII.
c. Tidak mampu membangun network dengan geran islam yang baru
Munculnya gerakan Islam baru setelah reformasi tidak mampu
dijadikan sebagai mitra baru dalam mata rantai perjuangan umat Islam Indonesia.
padahal terlalu berat beban yang dipikul oleh PII bila tidak bekerjasama dengan
pihak lain.
3. Peluang PII
Ada beberapa factor yang dapat menjadi peluang untuk PII menjadi
lembaga yang besar yaitu :
a. Iklim kebebasan.
Iklim kebebasan yang telah terbuka dengan lebar harus
dimanfaatkan PII untuk dapat member manfaat yang sebesar-besarnya bagi umat.
Tidak ada lagi halangan dari penguasa yang dihadapi oleh PII seperti pada
periode-periode sebelumnya.
b. Potensi alumni yang yang jumlahnya besar.
Banyaknya KB PII yang menduduki lembaga-lembaga tinggi negara
menjadi sumber keuangan yang besar bagi biaya operasional PII. Pada saat
pemerintah menjadikan PII sebagai organisasi terlarang pihak-pihak yang ingin
memberikan bantuan ke PII dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Saat ini KB tidak
perlu lagi malu-malu untuk membantu PII.
c. Jumlah pelajar yang besar.
Kader PII adalah pelajar baik yang berada di sekolah Formal maupun
Imformal. Tidak banyak organisasi yang menggarap pemuda dan pelajar menjadi
bidang garapnya. Oleh sebab itu bidang garap PII masih terbuka luas.
d. Gerakan dakwah yang semakin tumbuh dan berkembang.
Saat ini terjadi kesadaran Islam baik dikalangan birokrasi dan
kaum abangan. Hal ini bisa ditandai dengan adanya kesadaran untuk memunculkan
symbol-simbol islam seperti JIlbab dan Mushalah di lingkungan perkantoran.
Santrinisasi ini menjadi potensi untuk menjadikan PII lebih serius lagi dalam
bidang dakwahnya.
e. Kemajuan teknologi komunikasi.
Perkembangan teknologi komunikasi telah menghilangkan jarak
antara satu daerah dengan daerah lainnya. Dengan adanya perkembangan teknologi
komunikasi seharusnya semakin mempermudah PII untuk melakukan pembinaan didaerah
dan penyebaran ide-ide PII kepada masyarakat.
4. Ancaman PII
Secara politik tidak ada lagi ancaman bagi PII. Yang adalah
ancaman sosial berupa gerakan irtidad (pemurtadan) dan penyimpangan (inkhiraf),
sekulerisme, permassiveme, materialism, dan hedonism serta pluralism.
D. Langkah Aksi PII
sudah saatnya PII malakukan perubahan yang mendasar bila ingin
bangkit dari keterpurukan. Hal yang harus dilakukan adalah:
1. Menjadi organisasi yang inklusive
Menjadi organisasi yang inklusive dan terbuka adalah sebuah
kewajiban. Keterbukaan dalam artian berinteraksi terhadap semua kalangan.
2. PII harus merevolusi system pendanaan.
PII harus membangun system keuangan yang memadai dan
sustainable. Untuk dapat menjadikan PII sebagai organisasi yang memiliki system
keuangan yang sustainable perlu dilakukan : pertama, PII harus memulai
pemberlakuan iuran wajib. Bukan jumlahnya yang ingin dicapai tetapi kesadaran
untuk membiayai diri sendiri oleh kader-keder PII. Sejarah mencatat tidak ada
organisasi pergerakan yang beasar tanpa adanya sumbagsi yang besar dari
anggotanya. Kedua, kontribusi Keluarga Besar PII. KB PII adalah sumber
pembiayaan kegiatan PII yang utama. Bila ada kegiatan KB PII berbarengan dengan
kegiatan PII maka sebaiknya yang diproiritaskan adalah kegiatan PII, karena PII
adalah generasi penerus yang merupakan investasi masa yang akan datang. KB PII
apapun jabatan dan kegiatan nya harus memberikan sumbangan wajib tanpa
mempersoalkan jumlahnya. Yang utama adalah kewajiban partisipasi untuk membantu
kegiatan PII. Ketiga, akses terhadap anggaran pemerintah baik dalam bentuk APBN
maupun APBD.
3. Merevisi terhadap kepengurusan secara nasonal.
Perombakan kelembagaan PII. Saat ini struktur PII sangat mengacu
pada hirarki pemerintahan. System ini memuat PII hanya memiliki pengurus ditiap
jenjang kepemimpinan tetapi tidak memiliki masa binaan. Padahal karakteristik
PII adalah organisasi kader yang sekaligus organisasi massa. Basis masa PII
adalah Pelajar umum dan Santri. Pelajar umum pada umumnya tinggal diperkotaan dan
santri tinggal di pedesaan. Kedua basis masa PII ini tentunya punya pendekatan
yang berbeda. Bagaimana struktur PII bisa mempasilitasi perbedaan tersebut.
Oleh sebab itu maka struktur PII tidak mengacu kepada birokrasi pemerintahan
tetapi berdasarkan basis masa dan basis teritorial masa. Struktur PII hendaknya
menjadi PB, PW, Pengurus Cabang, Pengurus Komisariat. Pengurus Cabang tidak
berdasarkan teritorial pemerintahan tetapi berdasarkan perkembangan komisariat
yang ada. Bisa jadi satu kabupaten ada beberapa pengurus cabang atau bebarapa
kabupaten hanya ada satu pengurus Cabang. Selain itu diperlukan Koordinator
Cabang yang melakukan pembinaan kepada Pengurus Cabang yang merupakan Pengurus
Wilayah.
Perombakan hirarki kepengurusan ini berkaitan juga pada siapa
yang berhak hadir dan memimiliki suara dalam ajang Muktamar Nasional. Hak Suara
itu harus dikembalikan kepada Pengurus Cabang. Hal ini bertujuan untuk keadilan
dan demokratisasi. Ini akan memacu wilayah-wilayah untuk mengembangkan pengurus
cabang.
4. Menumbuhkan Propesionalisme pengurus.
Selain itu Pengurus PB PII harus benar-benar propesional dalam
menjalankan tugasnya dalam artian tidak melakukan kegiatan selain tugas-tugas
ke PII an. Sudah menjadi keharusan kesejahteraan dan biaya operasional untuk diperhatiakn
oleh KB PII.
5. PII harus kembali kedunia pelajar yang merupakakn bidang garap
utama
Keterlibatan PII dalam pendidikan politik itu perlu karena itu
merupakan hak warga negara. Namun porsi utama adalah dalam dunia pelajar. Saat
ini dunia pelajar jauh bebeda dengan kondisi pelajar pada periode dua puluh
tahun pertama, kedua dan ketiga. PII harus menjadi organisasi pelayan kebutuhan
pelajar (to serve the student need) baik itu pelajar umum maupun pelajar dari
kalangan santri.
6. Bekerjasama dengan banyak pihak
Semakin banyak kalangan yang dapat diajak kerjasama oleh PII
akan mempercepat gerak dakwah umat islam di Indonesia pada umumnya dan
membangun kepercayaan ummat bahwa PII masih tetap eksis dan istikomah.
Bekerjasama denan banyak pihak bukan berarti menghilangkan prinsip independensi
PII dan menggadaikan Islam.
E. Penutup
PII adalah mata rantai perjuangan ummat Islam Indonesia. oleh
sebab itu keberadaan PII sangat dibutuhkan umat dalam penyiapan kader-keder
dakwah yang mampuni. Oleh karena itu PII diharapkan mampu bangkit dari
keterpurukan dan menjadi yang besar seperti awal-awal
M.ula*
M.ula*
0 komentar:
Posting Komentar