Sabtu, 17 Agustus 2013

Resensi Buku "API SEJARAH 2"


RESENSI BUKU
API SEJARAH 2
Oleh: Fatori Pamekasan

Judul buku                  : Api Sejarah 2
Penulis                        : Ahmad Mansur Suryanegara
Penerbit                      : Salamadani
Kota terbit                  : Bandung
Tahun terbit                : 2010
Tebal buku                  : 578 halaman
           
Prof. Ahmad Mansur Suryanegara adalah salah satu sejarawan luarbiasa yang dimilikioleh Indonesia, karena lewat beberapa tulisannya beliau memberikan sebuah kekuatan baru dalam memahami sejarah yang sebenarny. Dalam kasus ini berhasil mengumpulkan serpihan serpihan sejarah kontribusi kaum muslim dalam konteks perjuangan bangsa Indonesia menumpas penjajahan dan pemberontakan di bumi pertiwi ini. Beliau juga memiliki pengalaman mengajar di beberapa tingkat satuan pendidikan,aktif sebagai anggota Pembina Pesantren-Masjid-Yayasan serta aktivis beberapa organisasi salah satunya adalah Pelajar Islam Indonesia (PII) dan sekarang adalah Keluarga Besar Pelaja Islam Indonesia Jawa Barat. Selain itu beliau dikenal dengan sejarawan muslim. Buku-bukunya telah banyak diterbitkan oleh berbagai penerbit di tanah air, di samping ratusan artikel dan makalah ilmiah yang telah lahir ditangan kretaifnya. Buku terbarunya ini, belia persembahkan secara khusus kepada para ulama pejuang dan alumni santri serta generasi penerus sejarah.
Buku yang akan menuntaskan kepenasaran anda akan kebenaran sejarah Indonesia. Demikian beliau  Prof, Ahmad Mansur Suryanegara pria kelahiran 22 Dzulhijjah 1353 H  itu menuliskan pada sampul buku Api Sejarah 2 ini. Serta Persembahan khusus untuk ulama pejuang dan alumni santri serta generasi penerus sejarah. Demikian Prof, Ahmad Mansur Suryanegara pria kelahiran 22 Dzulhijjah 1353 H  itu menuliskan pada halaman awal Api Sejarah 2 ini.
 Api Sejarah 2 ini merupakan jilid ke-2 dari buku Api Sejarah, yang berusaha mengungkap fakta-fakta sejarah yang sengaja disembunyikan karena tendensi kepentingan-kepentingan tertentu. Ataupun tersembunyi karena belum pernah terungkap melalui tinta sejarah. Pernah dinyatakan hilang karena draft naskahnya dicuri saat seminar di gedung 45 Kota Sukabumi membuat buku ini pernah terancam nyaris tidak terbit. Namun berkat kegigihan tim penerbit Salamadani, buku ini akhirnya bisa terbit bahkan mengalami penambahan berupa berbagai isu baru yang sedang berkembang. Hal ini mengindikasikan bahwa betapa berharganya dan pentingnya  nilai sejarah yang diungkapkan dalam buku ini sehingga ada pihak-pihak tertentu yang berusaha menghalangi penerbitannya.
Buku api sejarah 2 ini terdiri dari beberapa bab yang dimulai dari bab kelima setalah bab pertama hingga keempat ada di buku api sejarah 1. Dimulai dari Bab kelima“Peran Ulama Dalam Pembangunan Organisasi Militer Modern”, kemudian diteruskan ke bab keenam yaitu “Peran Ulama Dalam Gerakan Protes Sosial dan Pemberontakan Tentara Pembela Tanah Air”. Dua bab awal ini sangat mengedepankan peran ulama dan santri serta umat islam padaumumnya dalam melawan masa penjajahan Jepang. Pada bab berikutnya, Ahmad Mansur Surya Negara mengupas fakta tentang “Peran Ulama dalam Menegakkan dan Mempertahankan Proklamasi” dan kemudian bab kedelapan “Peran Ulama Menegakkan dan Mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia”, dua bab ini lebih terfokus pada  peran ulama yang mengalami goncang-gancing dalam masa revolusi Indonesia dan masa orde lama yang perlahan mulai dikengkang oleh beberapa kepentingan politik. Kemudian bab terakhir “Langkah penyesuaian Ulama dan Santri di Orde Baru dan reformasi” menutup kisah kebenaran sejarah Indonesia yang ditulis pada buku ini.
Buku ini sungguh sangat berani dalam mengungkap fakta sejarah yang memang benar adanya. Bahwa ternyata ulama dan santri lah yang telah memberi kontribusi terbesar baik harta maupun nyawa dalam penegakan NKRI sejak awal kedatangan kaum imperialis diawal abad  ke-16. Bertolak dari statement Paus Alexander VI yang meyakinkan bahwa kedua belahan dunia diluar wilayah negara gereja Vatikan adalah tidak bertuan, sedangkan bangsa yang mendudukinya adalah bangsa biadab. Yang pada akhirnya melahirkan perjanjian Thordesilas sebagai awal lahirnya imperialisme barat. Di Asia Tenggara diawali dengan penyerangan kerajaan Katolik ke Malaka tahun 1511 M yang merupakan pusat pasar milik umat Islam.  Ekspansi perluasan wilayah jajahan ini ternyata juga dibarengi dengan Zending- penyebaran agama katolik, serta  memasukan budaya asal mereka. Namun eksistensi mereka dibumi Nusantara harus berahadapan dengan keberadaan ulama dan santri-santrinya yang menentang keras terhadap kolonialisme-imperialisme. Hingga berabad-abad kemudian memasuki abad ke-20 menjelang proklamasi. Akhirnya ulama dan santrilah yang merupakan donatur kekuatan terbesar serta yang paling loyal dalam perjuangan bangsa.
Memasuki abad ke-20. Kedua kerajaaan yakni Perancis dan Jerman yang berupaya memperoleh hegemoni eropa melahirkan Perang Dunia I 1914-1919 M. dan akhirnya dimenangkan oleh Perancis dengan mempersempit wilayah kekuasaan Jerman. Akibatnya dibawa adolf hilter Jerman berupaya bangkit kembali meluaskan Lebensraum Living Space-lahan kehidupan. Dan mengkhianati perjanjian Varsailles 1919 M pasca PD 1. Jerman bersama Itali dan jepang membangun pakta pertahanan, Axis Pact­-Pakta Pertahanan Poros untuk mengubah peta politik sedunia. Aldof hilter membangkitkan bangsanya dengan membangkitkan kesadaran bangsanya sebagai keturunan bangsa Aria, Deutschland Uber Alles-bangsa Jerman di atas segalanya.
Fenomena ini di ikuti oleh jepang yang mempropaganda dirinya kepada seluruh bangsa asia, bahwa Jepang adalah “Saudara Tua” Asia sebagai pengubah arti  Deutschland Uber Alles. Para ulama dihadapkan dengan kondisi dilematis. Pada satu pihak, kondisi Timur Tengah berpihak kepada sekutu. Sedangkan propaganda Kaisar Hirohito setelah kesultanan turki runtuh menjadi Republik Sekuler Turki, bersedia masuk islam dan menjadi Khalifah pengganti  sultan turki atau Raja Husein dari Arabia. Di ikuti dengan adaanya pameran budaya Islam dan pembangunan Masjid di Tokio serta mengundang ulama dan pimpinan organisasi Islam ke Tokio dengan biaya dari jepang. Dibawah kondisi ini timbulah pilihan politikulama yang menerima kehadiran jepang sebagai “Saudara Tua”.
Berkat Perjuangan para ulama yang berkesinambungan dan istiqamah, berakhirlah penjajahan politik barat dan timur, pada 9 Ramadhan 1364 H, jumat Legi, 17 Agustus 1945, lahirah bangsa Indonesia yang merdeka. Oleh karena itu, kemerdekaan Indonesia terlimpah untuk bangsa Indonesia dirumuskan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai berkat rahmat Allah yang maha kuasa. Namun pendaratan tetntara sekutu dan Nica pada 29 September 1945 di tanjung priok Jakarta mencoba mengambil kembali Indonesia sebagai Jajahnnya. Reaksi Muktamar Umat Islam melahirkan Partai Umat Islam, Masyumi, mempelopori dan menjawab dengan: “Resolusi Jihad, 60 Milion kaum Muslim Indonesia siap berjihad fisabilillah. Perang dijalan Allah untuk menentang tiap-tiap penjajahan pada 1 Dzulhijjah 1364 H, Rabu Pon, 7 November 1945.
Loyalitas ulama dan partai islam serta laskarnya kepada pemerintah yang dipimpin Presiden Seokarno dan wakilnya Mohammad Hatta, bertentangan dengan kelompok sosialis dan komunis yang pernah bekerjasama dengan sekutu pada masa kependudukan balatentara jepang, dengan lascar pemuda sosialis Indonesia-Pesindo, mereka berupaya melancarkan kudeta, mematahkan peran Ulama dalam pemerintah dan Militer.
Buku ini sangatlah berbeda dengan buku-buku sejarah lainnya, dimana dalam buku sejarah pada umumnya terdapat pembatasan antara rangkaian peristiwa, tokoh dan gagasan yang melatarbelakangi peristiwa dan tokoh sejarah tersebut. Sehingga kebenaran kurang terungkap. Namun Api Sejarah 2 ini dengan sangat berani mengupas tuntas rangkaian peristiwa, tokoh, dan gagasan sekaligus dan langsung menuntaskan semua pertanyaan mengenai sejarah-sejarah Indonesia yang terlupakan dan tersembunyikan ini secara jelas beserta buktinya.
Bahasa buku ini tidak terlalu rumit, namun sangat mempersulit pembaca yang tidak pernah tau mengenai sejarah karena rumtinya serangkain peristiwa, tokoh, dan gagasan. untuk memhami buku ini pembaca harus membolak balik dari depan ke belakang bahkan harus mengulang membacanya beberapa kali. Selain itu dengan penyelipan foto tokoh-tokoh sejarah dengan penjelasan singkat ini masih menimbulkan rasa penasaran bagi para pembacanya. Namun jika dilihat dari ruang lingkup bahasan sejarah pada buku ini yang terbatas pada peran Ulama dalam menegakkan dan mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Jadi akan menimbulkan kesadaran bangsa betapa besarnya peran ulama untuk Indonesia ini.
Oleh karena itu, buku ini sangatlah di upayakan agar dibaca oleh semua pecinta sejarah Bangsa ini terutama pemuda Islam. Bahasa yang ditampilkan secara lugas, cerdas, dan berkualitas telah menyajikan sejarah Islam Indonesia sebagai sesuatu yang kudu di kenang dan dijadikan pembelajaran dalam menata masa depan bangsa.