RESENSI BUKU
API SEJARAH 2
Oleh: Fatori Pamekasan
Judul
buku : Api Sejarah 2
Penulis : Ahmad Mansur Suryanegara
Penerbit
: Salamadani
Kota
terbit : Bandung
Tahun
terbit : 2010
Tebal buku : 578 halaman
Prof. Ahmad Mansur Suryanegara adalah salah satu sejarawan
luarbiasa yang dimilikioleh Indonesia, karena lewat beberapa tulisannya beliau
memberikan sebuah kekuatan baru dalam memahami sejarah yang sebenarny. Dalam
kasus ini berhasil mengumpulkan serpihan serpihan sejarah kontribusi kaum
muslim dalam konteks perjuangan bangsa Indonesia menumpas penjajahan dan
pemberontakan di bumi pertiwi ini. Beliau juga memiliki pengalaman mengajar di
beberapa tingkat satuan pendidikan,aktif sebagai anggota Pembina
Pesantren-Masjid-Yayasan serta aktivis beberapa organisasi salah satunya adalah
Pelajar Islam Indonesia (PII) dan sekarang adalah Keluarga Besar Pelaja Islam
Indonesia Jawa Barat. Selain itu beliau dikenal dengan sejarawan muslim.
Buku-bukunya telah banyak diterbitkan oleh berbagai penerbit di tanah air, di
samping ratusan artikel dan makalah ilmiah yang telah lahir ditangan
kretaifnya. Buku terbarunya ini, belia persembahkan secara khusus kepada para
ulama pejuang dan alumni santri serta generasi penerus sejarah.
Buku yang akan menuntaskan kepenasaran anda akan kebenaran
sejarah Indonesia. Demikian beliau Prof,
Ahmad Mansur
Suryanegara pria
kelahiran 22 Dzulhijjah 1353 H itu menuliskan pada sampul buku Api Sejarah 2 ini. Serta Persembahan
khusus untuk ulama pejuang dan alumni santri serta generasi penerus sejarah.
Demikian Prof, Ahmad Mansur
Suryanegara pria
kelahiran 22 Dzulhijjah 1353 H itu menuliskan pada halaman awal Api
Sejarah 2 ini.
Api Sejarah 2 ini merupakan jilid
ke-2 dari buku Api Sejarah, yang berusaha mengungkap fakta-fakta sejarah yang
sengaja disembunyikan karena tendensi kepentingan-kepentingan tertentu. Ataupun
tersembunyi karena belum pernah terungkap melalui tinta sejarah. Pernah dinyatakan hilang karena draft naskahnya
dicuri saat seminar di gedung 45 Kota Sukabumi membuat buku ini pernah terancam
nyaris tidak terbit. Namun berkat kegigihan tim penerbit Salamadani, buku ini
akhirnya bisa terbit bahkan mengalami penambahan berupa berbagai isu baru yang
sedang berkembang. Hal ini mengindikasikan bahwa betapa berharganya dan
pentingnya nilai sejarah yang
diungkapkan dalam buku ini sehingga ada pihak-pihak tertentu yang berusaha
menghalangi penerbitannya.
Buku api sejarah 2 ini
terdiri dari beberapa bab yang dimulai dari bab kelima setalah bab pertama
hingga keempat ada di buku api sejarah 1. Dimulai dari Bab kelima“Peran Ulama
Dalam Pembangunan Organisasi Militer Modern”, kemudian diteruskan ke bab keenam
yaitu “Peran Ulama Dalam Gerakan Protes Sosial dan Pemberontakan Tentara
Pembela Tanah Air”. Dua bab awal ini sangat mengedepankan peran ulama dan
santri serta umat islam padaumumnya dalam melawan masa penjajahan Jepang. Pada
bab berikutnya, Ahmad Mansur Surya Negara mengupas fakta tentang “Peran Ulama
dalam Menegakkan dan Mempertahankan Proklamasi” dan kemudian bab kedelapan
“Peran Ulama Menegakkan dan Mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia”,
dua bab ini lebih terfokus pada peran
ulama yang mengalami goncang-gancing dalam masa revolusi Indonesia dan masa
orde lama yang perlahan mulai dikengkang oleh beberapa kepentingan politik. Kemudian
bab terakhir “Langkah penyesuaian Ulama dan Santri di Orde Baru dan reformasi”
menutup kisah kebenaran sejarah Indonesia yang ditulis pada buku ini.
Buku ini sungguh sangat berani dalam
mengungkap fakta sejarah
yang memang benar adanya. Bahwa ternyata ulama dan santri lah yang telah memberi
kontribusi terbesar baik
harta maupun nyawa dalam penegakan NKRI sejak awal kedatangan kaum
imperialis diawal abad ke-16. Bertolak dari statement Paus Alexander VI
yang meyakinkan bahwa kedua belahan dunia diluar wilayah negara gereja Vatikan
adalah tidak bertuan, sedangkan bangsa yang mendudukinya adalah bangsa biadab.
Yang pada akhirnya melahirkan perjanjian Thordesilas sebagai awal lahirnya
imperialisme barat. Di Asia Tenggara diawali dengan penyerangan kerajaan
Katolik ke Malaka tahun 1511 M yang merupakan pusat pasar milik umat Islam.
Ekspansi perluasan wilayah jajahan ini ternyata juga dibarengi dengan Zending- penyebaran agama katolik, serta
memasukan budaya asal mereka. Namun eksistensi mereka dibumi Nusantara
harus berahadapan dengan keberadaan ulama dan santri-santrinya yang menentang
keras terhadap kolonialisme-imperialisme. Hingga berabad-abad kemudian memasuki
abad ke-20 menjelang proklamasi. Akhirnya ulama dan santrilah yang merupakan
donatur kekuatan terbesar serta yang paling loyal dalam perjuangan bangsa.
Memasuki abad ke-20. Kedua kerajaaan yakni Perancis dan
Jerman yang berupaya memperoleh hegemoni eropa melahirkan Perang Dunia I
1914-1919 M. dan akhirnya dimenangkan oleh Perancis dengan mempersempit wilayah
kekuasaan Jerman. Akibatnya dibawa adolf hilter Jerman berupaya bangkit kembali
meluaskan Lebensraum Living Space-lahan
kehidupan. Dan mengkhianati perjanjian Varsailles 1919 M pasca PD 1. Jerman
bersama Itali dan jepang membangun pakta pertahanan, Axis Pact-Pakta Pertahanan Poros untuk mengubah peta politik
sedunia. Aldof hilter membangkitkan bangsanya dengan membangkitkan kesadaran
bangsanya sebagai keturunan bangsa Aria, Deutschland
Uber Alles-bangsa Jerman di atas segalanya.
Fenomena ini di ikuti oleh jepang yang mempropaganda dirinya
kepada seluruh bangsa asia, bahwa Jepang adalah “Saudara Tua” Asia sebagai
pengubah arti Deutschland Uber Alles. Para ulama dihadapkan dengan kondisi
dilematis. Pada satu pihak, kondisi Timur Tengah berpihak kepada sekutu.
Sedangkan propaganda Kaisar Hirohito setelah kesultanan turki runtuh menjadi
Republik Sekuler Turki, bersedia masuk islam dan menjadi Khalifah pengganti sultan turki atau Raja Husein dari Arabia. Di
ikuti dengan adaanya pameran budaya Islam dan pembangunan Masjid di Tokio serta
mengundang ulama dan pimpinan organisasi Islam ke Tokio dengan biaya dari
jepang. Dibawah kondisi ini timbulah pilihan politikulama yang menerima
kehadiran jepang sebagai “Saudara Tua”.
Berkat Perjuangan para ulama yang berkesinambungan dan
istiqamah, berakhirlah penjajahan politik barat dan timur, pada 9 Ramadhan 1364
H, jumat Legi, 17 Agustus 1945, lahirah bangsa Indonesia yang merdeka. Oleh
karena itu, kemerdekaan Indonesia terlimpah untuk bangsa Indonesia dirumuskan
dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai berkat rahmat Allah yang maha
kuasa. Namun pendaratan tetntara sekutu dan Nica pada 29 September 1945 di tanjung
priok Jakarta mencoba mengambil kembali Indonesia sebagai Jajahnnya. Reaksi
Muktamar Umat Islam melahirkan Partai Umat Islam, Masyumi, mempelopori dan
menjawab dengan: “Resolusi Jihad, 60 Milion kaum Muslim Indonesia siap berjihad
fisabilillah. Perang dijalan Allah untuk menentang tiap-tiap penjajahan pada 1
Dzulhijjah 1364 H, Rabu Pon, 7 November 1945.
Loyalitas ulama dan partai islam serta laskarnya kepada
pemerintah yang dipimpin Presiden Seokarno dan wakilnya Mohammad Hatta,
bertentangan dengan kelompok sosialis dan komunis yang pernah bekerjasama
dengan sekutu pada masa kependudukan balatentara jepang, dengan lascar pemuda
sosialis Indonesia-Pesindo, mereka berupaya melancarkan kudeta, mematahkan
peran Ulama dalam pemerintah dan Militer.
Buku ini sangatlah
berbeda dengan buku-buku sejarah lainnya, dimana dalam buku sejarah pada
umumnya terdapat pembatasan antara rangkaian peristiwa, tokoh dan gagasan yang
melatarbelakangi peristiwa dan tokoh sejarah tersebut. Sehingga kebenaran
kurang terungkap. Namun Api Sejarah 2 ini dengan sangat berani mengupas tuntas
rangkaian peristiwa, tokoh, dan gagasan sekaligus dan langsung menuntaskan
semua pertanyaan mengenai sejarah-sejarah Indonesia yang terlupakan dan
tersembunyikan ini secara jelas beserta buktinya.
Bahasa buku ini tidak
terlalu rumit, namun sangat mempersulit pembaca yang tidak pernah tau mengenai
sejarah karena rumtinya serangkain peristiwa, tokoh, dan gagasan. untuk memhami
buku ini pembaca harus membolak balik dari depan ke belakang bahkan harus mengulang
membacanya beberapa kali. Selain itu dengan penyelipan foto tokoh-tokoh sejarah
dengan penjelasan singkat ini masih menimbulkan rasa penasaran bagi para
pembacanya. Namun jika dilihat dari ruang lingkup bahasan sejarah pada buku ini
yang terbatas pada peran Ulama dalam menegakkan dan mempertahankan Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Jadi akan menimbulkan kesadaran bangsa betapa
besarnya peran ulama untuk Indonesia ini.
Oleh karena itu, buku
ini sangatlah di upayakan agar dibaca oleh semua pecinta sejarah Bangsa ini
terutama pemuda Islam. Bahasa yang ditampilkan secara lugas, cerdas, dan
berkualitas telah menyajikan sejarah Islam Indonesia sebagai sesuatu yang kudu
di kenang dan dijadikan pembelajaran dalam menata masa depan bangsa.