BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kita sepakat bahwa pendidikan merupakan sesuatu
yang tidak asing bagi kita, terlebih lagi karena kita
bergerak di bidang pendidikan. Juga pasti kita sepakat bahwa pendidikan diperlukan
oleh semua orang. Bahkan dapat dikatakan bahwa pendidikan ini dialami oleh
semua manusia dari semua golongan. Tetapi seringkali orang melupakan makna dan
hakikat pendidikan itu sendiri. Layaknya hal lain yang sudah menjadi rutinitas,
cenderung terlupakan makna dasar dan hakikatnya.
Karena itu benarlah kalau dikatakan bahwa setiap
orang yang terlihat dalam dunia pendidikan sepatutnyalah selalu merenungkan
makna dan hakikat pendidikan, merefleksikannya di tengah-tengah tindakan/aksi
sebagai buah refleksinya.
Makalah singkat ini
mencoba mengungkap makna hakikat sosiologi pendidikan yang terkadang
dimaknai secara sempit. Makalah ini akan memberikan gambaran perbedaan
makna tarbiyah, ta‟lim, tadris, tahdzib, Ta‟dib dan tadrib dengan menampilkan
pendapat-pendapat para pakar pendidikan
baik dari literatur barat maupun timur.
Pembahasan makalah ini dimulai dengan pengertian pendidikan dari
tinjauan etimologis dan terminologis untuk mengantarkan pembahasan pada hakikat
pendidikan.
1.2
Rumusan
Masalah
Adapun
permaslaahan dalam pembahasan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Apa yang dimaksud dengan pendidikan?
2.
Bagaimana Sosiologi Pendidikan?
3.
Apa hakikat pendidikan itu sendiri?
1.3
Tujuan
Adapun
tujuan dari pembahasan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Untuk mengetahui pengertian dari
pendidikan itu sendiri.
2.
Mampu memahami sosiologi pendidikan.
3. Untuk
mengetahui hakikat pendidikan.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian
Pendidikan
Makna
pendidikan secara sederhana dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk membina
kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaannya.
Dengan demikian, bagaimanapun sederhananya peradaban suatu masyarakat, di
dalamnya terjadi atau berlangsung suatu proses pendidikan. Karena itulah sering
dinyatakan pendidikan telah ada sepanjang peradaban umat manusia. Pendidikan
pada hakikatnya merupakan usaha manusia melestarikan hidupnya.
Pendidikan menurut pengertian Yunani
adalah “pedagogik” yaitu ilmu menuntun anak, orang Romawi memandang pendidikan
sebagai “educare”, yaitu mengeluarkan dan menuntun, tindakan merealisasikan
potensi anak yang dibawa dilahirkan di dunia. Bangsa Jerman melihat pendidikan
sebagai “Erzichung” yang setara dengan educare, yakni membangkitkan kekuatan
terpendam atau mengaktifkan kekuatan/potensi anak. Dalam bahasa Jawa pendidikan
berarti panggulawentah (pengolahan),
mengolah, mengubah, kejiwaan, mematangkan perasaan, pikiran dan watak, mengubah
kepribadian sang anak. Sedangkan menurut
Herbart pendidikan merupakan pembentukan peserta didik kepada yang diinginkan
sipendidik yang diistilahkan dengan Educere.( M.R. Kurniadi,STh;1)
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia,
pendidikan berasal dari kata dasar “didik” (mendidik), yaitu memelihara dan
memberi latihan (ajaran pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.
Sedangkan pendidikan mempunyai pengertian proses pengubahan dan tata laku
seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan latihan, proses perluasan, dan cara mendidik.
Ki Hajar Dewantara mengartikan
pendidikan sebagai upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran serta jasmani
anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup dan menghidupkan anak yang
selaras dengan alam dan masyarakatnya.
2.2
Sosiologi
Pendidikan
Perubahan tatanan sosial kehidupan
masyarakat Eropa pada sekitar awal abad ke-20 menyebabkan manfaat sosiologi
menjadi penting dalam mendampingi proses-proses pendidikan di Eropa. Perkembangan
tersebut merupakan efek dari revolusi sosial di berbagai penjuru wilayah Eropa
yang memicu akselerasi perubahan arah perkembangan masyarakat Eropa. Era
transisi peru-bahan sosial tersebut menimbulkan konsekuensi-konsekuensi logis
yang tak terduga-duga kedatangannya, antara lain merebaknya keragu-raguan akan
nilai dan tatanan normatif yang telah mapan mengalami erosi jika tidak
dilakukan penguatan orientasi. Bantuan ilmu sosiologi dengan segala komponen
konsepsionalnya mendapat sambutan positif dari kalangan praktisi pendidikan,
sebagai wujud alternatif untuk memperkuat ketahanan sosial melalui pendidikan.
Manifestasi tersebut ditandai dengan kelahiran sosiologi pendidikan sebagai
produk keilmuan baru.
Kajian sosiologi pendidikan menekankan
implikasi dan akibat sosial dari pendidikan
dan memandang masalah-masalah pendidikan dari sudut totalitas lingkup
sosial kebudayaan, politik dan ekonomisnya bagi masyarakat. Apabila psikologi
pendidikan memandang gejala pendidikan dari konteks perilaku dan perkembangan
pribadi, maka sosiologi pendidikan memandang gejala pen-didikan sebagai bagian
dari struktur sosial masyarakat.
Dilihat dari objek penyelidikannya
sosiologi pendidikan adalah bagian dari ilmu sosial terutama
sosiologi dan ilmu pendidikan yang secara umum juga merupakan bagian dari kelom-pok ilmu sosial.
Sedangkan yang termasuk dalam lingkup ilmu sosial antara lain: ilmu ekonomi,
ilmu hukum, ilmu pendidikan, psikologi, antropologi dan sosiologi. Dari sini
terlihat jelas kedu-dukan sosiologi dan ilmu pendidikan.
2.3
Haikikat
Pendidkan
Pendidikan merupakan transfer of knowledge, transfer of value dan transfer
of culture and transfer of religius yang
semoga diarahkan pada upaya untuk
memanusiakan manusia. Hakikat proses pendidikan ini sebagai upaya untuk
mengubah perilaku individu atau kelompok agar memiliki nilai-nilai yang
disepakati berdasarkan agama, filsafat,
ideologi, politik, ekonomi, sosial,
budaya dan pertahanan keamanan.
Menurut pandangan Paula Freire pendidikan adalah proses pengaderan
dengan hakikat tujuannya adalah pembebasan. Hakikat pendidikan adalah kemampuan
untuk mendidik diri sendiri. Dalam konteks ajaran Islam hakikat pendidikan
adalah mengembalikan nilai-nilai
ilahiyah pada manusia (fitrah) dengan bimbingan Alquran dan as-Sunnah (Hadits)
sehingga menjadi manusia berakhlakul karimah (insan kamil) .
Dengan demikian hakikat pendidikan
adalah sangat ditentukan oleh nilai-nilai, motivasi dan tujuan dari pendidikan
itu sendiri.Maka hakikat pendidikan
dapat dirumuskan sebagi berikut :
1.
Pendidikan merupakan proses interaksi
manusiawi yang ditandai keseimbangan antara kedaulatan subjek didik dengan
kewibawaan pendidik;
2.
Pendidikan merupakan usaha penyiapan
subjek didik menghadapi lingkungan yang mengalami perubahan yang semakin pesat;
3.
Pendidikan meningkatkan kualitas
kehidupan pribadi dan masyarakat;
4.
Pendidikan berlangsung seumur
hidup;Pendidikan merupakan kiat dalam menerapkan prinsip-prinsip ilmu.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Hakikat
Sosial pendidikan adalah upaya sadar untuk mengembangkan potensi yang
dianugerahkan Tuhan kepada manusia dan diarahkan pada tujuan yang diharapkan
agar memanusiakan manusia atau menjadikannya sebagai insan kamil, manusia utuh
atau kaffah. Hakikat pendidikan ini
dapat terwujud melalui proses pengajaran, pembelajaran (ta‟lim dan tadris), pembersihan dan pembiasaan
(tahdzib dan ta`dib), dan tadrib
(latihan) dengan memperhatikan
kompetensi kompetensi pedagogi berupa profesi, kepribadian dan sosial.
Pendidikan menumbuhkan budi pekerti, kekuatan batin karakter, pikiran dan tubuh
peserta didik yang dilakukan secara integral tanpa dipisah-pisahkan antara ranah-ranaha tersebut.
3.2
Saran
setelah
kita mengetahui makna dari hakikat sosial pendidikan, diharapkan bisa merealisasikan
system pendidikan yang mampu menyadarkan manusia untuk menggunakan serta
mengembangkan potensi yang ada pada setiap insan manusia. Dimana pendidikan
merupakan kebutuhan pokok yang mampu menumbuhkan kepribadian yang memiliki budi
pekerti luhur, kekuatan batin yang berkarakter, serta mampu berpikir logis.
Tentunya
dalam makalah ini akan ditemukan kelemahan-kelemahan atau bahkan kekeliruan.
Karena itu, penulis sangat berharap adanya masukan dari pembaca serta kritik
konstruktif sebagai upaya pembangunan mental guna penyelesaian pada makalah-makalah
selanjutnya. Dan hal itu penulis harapkan dengan krendahn hati dan ketulusan
jiwa.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Ayers Schlosser, Lee. Distance Education
and Glossary of Terms.Paperback, 30 Mei 2006
2.
Suryadi, Didi. (2006). Upaya Meningkatkan Keprofesionalan Guru
melalui Lesson Study. Makalah, tidak diterbitkan.
3.
Syamsudin, Abin. (2004). Kebutuhan
Penelitian di Bidang Ilmu Pendidikan. Makalah, tidak diterbitkan.
4.
Al-Maraghi, Ahmad Musthafa, Tafsirul
Maraghiy, Beirut: Darul Fkr,1871.
5.
The Internet http.www.Wikipedia
.Pendidikan com.
Dibuat pd : Sabtu,19 November 2011
By : Fatori Pamekasan