Jumat, 09 Desember 2011

Hakikat Pendidikan


BAB I
PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang

Kita sepakat bahwa pendidikan merupakan sesuatu yang  tidak  asing bagi kita, terlebih lagi karena kita bergerak di bidang pendidikan. Juga pasti kita sepakat bahwa pendidikan diperlukan oleh semua orang. Bahkan dapat dikatakan bahwa pendidikan ini dialami oleh semua manusia dari semua golongan. Tetapi seringkali orang melupakan makna dan hakikat pendidikan itu sendiri. Layaknya hal lain yang sudah menjadi rutinitas, cenderung terlupakan makna dasar dan hakikatnya.
Karena itu benarlah kalau dikatakan bahwa setiap orang yang terlihat dalam dunia pendidikan sepatutnyalah selalu merenungkan makna dan hakikat pendidikan, merefleksikannya di tengah-tengah tindakan/aksi sebagai buah refleksinya.
Makalah singkat ini  mencoba mengungkap makna hakikat sosiologi pendidikan yang terkadang dimaknai secara sempit. Makalah ini akan memberikan gambaran perbedaan makna  tarbiyah,  ta‟lim, tadris,  tahdzib, Ta‟dib dan tadrib dengan menampilkan pendapat-pendapat para pakar  pendidikan baik dari literatur barat maupun timur.  Pembahasan makalah ini dimulai dengan pengertian pendidikan dari tinjauan etimologis dan terminologis untuk mengantarkan pembahasan pada hakikat pendidikan.

1.2         Rumusan Masalah
Adapun permaslaahan dalam pembahasan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Apa yang dimaksud dengan pendidikan?
2.      Bagaimana Sosiologi Pendidikan?
3.      Apa hakikat pendidikan itu sendiri?

1.3         Tujuan
Adapun tujuan dari pembahasan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui pengertian dari pendidikan itu sendiri.
2.      Mampu memahami sosiologi pendidikan.
3.     Untuk mengetahui hakikat pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN


2.1         Pengertian Pendidikan
 Makna pendidikan secara sederhana dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaannya. Dengan demikian, bagaimanapun sederhananya peradaban suatu masyarakat, di dalamnya terjadi atau berlangsung suatu proses pendidikan. Karena itulah sering dinyatakan pendidikan telah ada sepanjang peradaban umat manusia. Pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha manusia melestarikan hidupnya.
Pendidikan menurut pengertian Yunani adalah “pedagogik” yaitu ilmu menuntun anak, orang Romawi memandang pendidikan sebagai “educare”, yaitu mengeluarkan dan menuntun, tindakan merealisasikan potensi anak yang dibawa dilahirkan di dunia. Bangsa Jerman melihat pendidikan sebagai “Erzichung” yang setara dengan educare, yakni membangkitkan kekuatan terpendam atau mengaktifkan kekuatan/potensi anak. Dalam bahasa Jawa pendidikan berarti  panggulawentah (pengolahan), mengolah, mengubah, kejiwaan, mematangkan perasaan, pikiran dan watak, mengubah kepribadian sang anak.  Sedangkan menurut Herbart pendidikan merupakan pembentukan peserta didik kepada yang diinginkan sipendidik yang diistilahkan dengan Educere.( M.R. Kurniadi,STh;1)
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, pendidikan berasal dari kata dasar “didik” (mendidik), yaitu memelihara dan memberi latihan (ajaran pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Sedangkan pendidikan mempunyai pengertian proses pengubahan dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan, proses perluasan, dan cara mendidik.
Ki Hajar Dewantara mengartikan pendidikan sebagai upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran serta jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup dan menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya.
2.2         Sosiologi Pendidikan
Perubahan tatanan sosial kehidupan masyarakat Eropa pada sekitar awal abad ke-20 menyebabkan manfaat sosiologi menjadi penting dalam mendampingi proses-proses pendidikan di Eropa. Perkembangan tersebut merupakan efek dari revolusi sosial di berbagai penjuru wilayah Eropa yang memicu akselerasi perubahan arah perkembangan masyarakat Eropa. Era transisi peru-bahan sosial tersebut menimbulkan konsekuensi-konsekuensi logis yang tak terduga-duga kedatangannya, antara lain merebaknya keragu-raguan akan nilai dan tatanan normatif yang telah mapan mengalami erosi jika tidak dilakukan penguatan orientasi. Bantuan ilmu sosiologi dengan segala komponen konsepsionalnya mendapat sambutan positif dari kalangan praktisi pendidikan, sebagai wujud alternatif untuk memperkuat ketahanan sosial melalui pendidikan. Manifestasi tersebut ditandai dengan kelahiran sosiologi pendidikan sebagai produk keilmuan baru.
Kajian sosiologi pendidikan menekankan implikasi dan akibat sosial dari pendidikan  dan memandang masalah-masalah pendidikan dari sudut totalitas lingkup sosial kebudayaan, politik dan ekonomisnya bagi masyarakat. Apabila psikologi pendidikan memandang gejala pendidikan dari konteks perilaku dan perkembangan pribadi, maka sosiologi pendidikan memandang gejala pen-didikan sebagai bagian dari struktur sosial masyarakat. 
Dilihat dari objek penyelidikannya sosiologi  pendidikan  adalah bagian dari ilmu sosial terutama sosiologi dan ilmu pendidikan yang secara umum juga  merupakan bagian dari kelom-pok ilmu sosial. Sedangkan yang termasuk dalam lingkup ilmu sosial antara lain: ilmu ekonomi, ilmu hukum, ilmu pendidikan, psikologi, antropologi dan sosiologi. Dari sini terlihat jelas kedu-dukan sosiologi dan ilmu pendidikan.
2.3         Haikikat Pendidkan
Pendidikan merupakan  transfer of knowledge, transfer of value dan transfer of culture and transfer of religius  yang semoga diarahkan  pada upaya untuk memanusiakan manusia. Hakikat proses pendidikan ini sebagai upaya untuk mengubah perilaku individu atau kelompok agar memiliki nilai-nilai yang disepakati  berdasarkan agama, filsafat, ideologi, politik, ekonomi,  sosial, budaya dan pertahanan keamanan.
Menurut pandangan Paula  Freire pendidikan adalah proses pengaderan dengan hakikat tujuannya adalah pembebasan. Hakikat pendidikan adalah kemampuan untuk mendidik diri sendiri. Dalam konteks ajaran Islam hakikat pendidikan adalah mengembalikan nilai-nilai  ilahiyah pada manusia (fitrah) dengan bimbingan Alquran dan as-Sunnah (Hadits) sehingga menjadi manusia berakhlakul karimah (insan kamil) .
Dengan demikian hakikat pendidikan adalah sangat ditentukan oleh nilai-nilai, motivasi dan tujuan dari pendidikan itu  sendiri.Maka hakikat pendidikan dapat dirumuskan sebagi berikut :
1.        Pendidikan merupakan proses interaksi manusiawi yang ditandai keseimbangan antara kedaulatan subjek didik dengan kewibawaan pendidik;
2.        Pendidikan merupakan usaha penyiapan subjek didik menghadapi lingkungan yang mengalami perubahan yang semakin pesat;
3.        Pendidikan meningkatkan kualitas kehidupan pribadi dan masyarakat;
4.        Pendidikan berlangsung seumur hidup;Pendidikan merupakan kiat dalam menerapkan prinsip-prinsip ilmu. 














BAB III
PENUTUP

3.1         Kesimpulan

Hakikat Sosial pendidikan adalah upaya sadar untuk mengembangkan potensi yang dianugerahkan Tuhan kepada manusia dan diarahkan pada tujuan yang diharapkan agar memanusiakan manusia atau menjadikannya sebagai insan kamil, manusia utuh atau kaffah.  Hakikat pendidikan ini dapat terwujud melalui proses pengajaran, pembelajaran (ta‟lim  dan tadris), pembersihan dan pembiasaan (tahdzib  dan ta`dib),  dan tadrib  (latihan)  dengan memperhatikan kompetensi kompetensi pedagogi berupa profesi, kepribadian dan sosial. Pendidikan menumbuhkan budi pekerti, kekuatan batin karakter, pikiran dan tubuh peserta didik yang dilakukan secara integral tanpa dipisah-pisahkan antara  ranah-ranaha tersebut.

3.2         Saran

setelah kita mengetahui makna dari hakikat sosial pendidikan, diharapkan bisa merealisasikan system pendidikan yang mampu menyadarkan manusia untuk menggunakan serta mengembangkan potensi yang ada pada setiap insan manusia. Dimana pendidikan merupakan kebutuhan pokok yang mampu menumbuhkan kepribadian yang memiliki budi pekerti luhur, kekuatan batin yang berkarakter, serta mampu berpikir logis.
Tentunya dalam makalah ini akan ditemukan kelemahan-kelemahan atau bahkan kekeliruan. Karena itu, penulis sangat berharap adanya masukan dari pembaca serta kritik konstruktif sebagai upaya pembangunan mental guna penyelesaian pada makalah-makalah selanjutnya. Dan hal itu penulis harapkan dengan krendahn hati dan ketulusan jiwa.







DAFTAR PUSTAKA


1.        Ayers Schlosser, Lee. Distance Education and Glossary of Terms.Paperback, 30 Mei 2006
2.        Suryadi, Didi. (2006).  Upaya Meningkatkan Keprofesionalan Guru melalui Lesson Study. Makalah, tidak diterbitkan.
3.        Syamsudin, Abin. (2004). Kebutuhan Penelitian di Bidang Ilmu Pendidikan. Makalah, tidak diterbitkan.
4.        Al-Maraghi, Ahmad Musthafa, Tafsirul Maraghiy, Beirut: Darul Fkr,1871.
5.        The Internet http.www.Wikipedia .Pendidikan com. 



Dibuat pd : Sabtu,19 November 2011
By             : Fatori Pamekasan

0 komentar:

Posting Komentar